Sunday, May 13, 2012

Duka Pindul

Hari ini, Minggu 13 Mei 2012 tersiar kabar duka dari komplek goa Pindul, dusun Gelaran, desa Bejiharjo, kecamatan Karangmojo, kabupaten Gunungkidul. Dua anak bernama Yoga Haris (15) dan Andi Subroto (15) yang masih duduk sebagai siswa kelas IX SMP tenggelam di sekitar bendungan Banyumoto, mulut goa Pindul yang memiliki kedalaman sekitar lima hingga delapan meter. Kedua korban yang merupakan warga desa Baleharjo kecamatan Wonosari kabupaten Gunungkidul tenggelam pada pukul 10.15 WIB diduga karena tidak bisa berenang saat bermain air bersama.

photo by Wirawisata

Sesaat setelah kedua korban tenggelam, rekan korban yang tidak tenggelam segera mencari bantuan dari warga sekitar untuk membantu melakukan upaya penyelamatan. Upaya tersebut mengalami kendala karena terbatasnya peralatan, khususnya peralatan selam. Sekitar pukul 13.00 WIB tim penyelamat dari SAR Vertical Rescue Gunungkidul disusul oleh tim penyelamat dari Unit Selam Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Bahari Rescue Indonesia datang ke lokasi kejadian dan segera mempersiapkan perahu karet serta peralatan selam.

Upaya pencarian yang dilakukan oleh tim gabungan dengan cara menyelam ke dalam rongga bebatuan dan bendungan akhirnya membuahkan hasil. Sekitar pukul 16.35 WIB akhirnya kedua korban ditemukan dalam keadaan meninggal sambil berpegangan tangan dengan kondisi yang sudah kaku. Berdasarkan informasi yang saya himpun dilokasi kejadian dan bersumber dari tim gabungan yang bertugas, korban ditemukan di dalam lorong bawah tanah (menjorok masuk ke bawah batuan kapur) sejauh lima meter pada kedalaman sekitar lima meter.

Thursday, January 12, 2012

Xia Aimei (2012)

Poster Film Xia Aimei
 Xia Aimei merupakan film karya Alyandra yang mencoba memotret kehidupan seorang gadis korban human trafficking dan terjebak dalam industri prostitusi kelas atas di Jakarta. Dibintangi oleh Efranda Stefanus (Franda), Samuel Rizal, Olga Lydia, Ferry Salim serta (eks Briptu) Norman Kamaru, film Xia Aimei ini resmi ditayangkan di berbagai bioskop dalam jaringan Cineplex 21 mulai tanggal 12 Januari 2012.

Kisah dalam film ini dimulai dari jeratan utang keluarga membawa Xia Aimei (Franda), seorang gadis remaja asal desa kecil  Yangshuo Guangxi, Cina terjebak human trafficking. Ia dan beberapa gadis lain dibawa ke Jakarta untuk menjadi perempuan penghibur di sebuah klub mewah bernama Le Mansion yang dikelola oleh Jack (Ferry Salim). Di sana nama Xia Aimei diubah oleh Jack menjadi Xi Xi

Le Mansion memang bukan klub mewah biasa. Klub ini telah lama menjadi tempat prostitusi terselubung yang sering “mengimpor” gadis-gadis cantik asal Cina dan Uzbekistan untuk menjadi wanita penghibur kelas VIP. Salah satu korbannya adalah Xi Xi. Suatu malam Xi Xi dipaksa melayani Bos Marun, salah satu pimpinan geng di Jakarta. Karena takut dan bertekad untuk menjadi kehormatannya serta memenuhi janjinya pada sang Ibu , Xi Xi panik dan melukai Bos Marun kemudian kabur dari Le Mansion. Pada saat itulah Xi Xi bertemu dengan AJ Park (Samuel Rizal).

Sunday, December 25, 2011

Tentang @afaf_feby dan Gunungkidul

Senja tanggal 25 Desember 2011 ini linimasa saya di twitter dijejali oleh twit beberapa rekan yang mem”bully” akun twitter @afaf_feby atas nama Afaf Faradilla. Setelah ditelusuri, ternyata hal tersebut dipicu oleh beberapa twit dari @afaf_feby yang memprovokasi dan menyinggung perasaan pihak-pihak tertentu.


Sebelum bercerita lebih jauh ada baiknya Kita sedikit menyingkirkan kabut samar yang menutupi identitas siapa sebenarnya @afaf_feby atau Afaf Faradilla ini. Dari bio di akun twitternya, dia hanya menulis “Rumput tetangga gak lebih hijau dari yang dibayangkan”. Bio tersebut saya rasa hampir tidak menggambarkan identitas maupun kepentingannya. Oleh karena itu saya mencoba melakukan sedikit observasi melalui mesin pencari dalam digital media.
 
Afaf Faradilla (Afaf) yang lahir pada tanggal 28 Februari 1979 merupakan alumni SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun 1997. Setelah lulus SMA, Afaf melanjutkan kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya jurusan Pendidikan Biologi. Berhasil menyelesaikan pendidikannya pada bulan Maret tahun 2003, hingga saat ini Afaf mengajar Biologi sebagai guru honorer di Pondok Pesantren Al-Azhar dan SMA Budi Utomo Lubuklinggau.

Tuesday, December 20, 2011

Aceh, Punk, Polri, dan HAM

Terhitung hampir  satu pekan ini media di Indonesia baik itu media cetak, elektronik, maupun digital dijejali berita tentang pro kontra penangkapan 65 punkers di Aceh, bahkan peristiwa ini juga berimbas pada munculnya aksi solideritas di beberapa kota di Indonesia dan beberapa lagi negara lain. Peristiwa ini dimulai dari penangkapan 65 punkers di Taman Budaya Banda Aceh pada tanggal 10 Desember 2011 yang kemudian diikuti dengan keputusan pemerintah kota Banda Aceh memberikan pembinaan di SPN Seulawah sebelum mereka dikembalikan kepada keluarga masing-masing. Dalam proses itu beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat yang fokus pada masalah HAM menuding bahwa terdapat pelanggaran HAM  dalam kasus ini, mulai dari penangkapan punkers itu hingga dipotongnya rambut mereka saat akan memulai masa pembinaan. Selain itu yang menjadikan peristiwa ini begitu populer adalah tudingan adanya kriminalisasi punk oleh berbagai pihak.

photo by endofthelinefilm

Saya bukan simpatisan apalagi penganut budaya  dan ideologi punk. Namun demikian secara pribadi saya tidak sepakat dengan  kriminalisasi punk oleh berbagai pihak. Secara umum selama punkers-punkers itu tidak mengganggu dan berbuat onar idealnya masyarakat bisa menerima dan hidup berdampingan dengan mereka. Toh kita tidak boleh menutup mata bahwa dari sekian banyak punkers pasti ada punkers yang baik hati dan lebih humanis dibandingkan mereka yang mengklaim sebagai ahli surga.