Hari ini, Minggu 13 Mei 2012 tersiar kabar duka dari komplek goa Pindul, dusun Gelaran, desa Bejiharjo, kecamatan Karangmojo, kabupaten Gunungkidul. Dua anak bernama Yoga Haris (15) dan Andi Subroto (15) yang masih duduk sebagai siswa kelas IX SMP tenggelam di sekitar bendungan Banyumoto, mulut goa Pindul yang memiliki kedalaman sekitar lima hingga delapan meter. Kedua korban yang merupakan warga desa Baleharjo kecamatan Wonosari kabupaten Gunungkidul tenggelam pada pukul 10.15 WIB diduga karena tidak bisa berenang saat bermain air bersama.
photo by Wirawisata |
Sesaat setelah kedua korban tenggelam, rekan korban yang tidak tenggelam segera mencari bantuan dari warga sekitar untuk membantu melakukan upaya penyelamatan. Upaya tersebut mengalami kendala karena terbatasnya peralatan, khususnya peralatan selam. Sekitar pukul 13.00 WIB tim penyelamat dari SAR Vertical Rescue Gunungkidul disusul oleh tim penyelamat dari Unit Selam Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Bahari Rescue Indonesia datang ke lokasi kejadian dan segera mempersiapkan perahu karet serta peralatan selam.
Upaya pencarian yang dilakukan oleh tim gabungan dengan cara menyelam ke dalam rongga bebatuan dan bendungan akhirnya membuahkan hasil. Sekitar pukul 16.35 WIB akhirnya kedua korban ditemukan dalam keadaan meninggal sambil berpegangan tangan dengan kondisi yang sudah kaku. Berdasarkan informasi yang saya himpun dilokasi kejadian dan bersumber dari tim gabungan yang bertugas, korban ditemukan di dalam lorong bawah tanah (menjorok masuk ke bawah batuan kapur) sejauh lima meter pada kedalaman sekitar lima meter.
Duka dari goa Pindul hari ini ternyata tidak hanya dirasakan oleh keluarga dan kerabat kedua korban meninggal. Saat berbincang dengan warga setempat, saya menangkap kecemasan serta kesedihan mereka. Selain berempati pada keluarga korban, warga juga memikirkan kelanjutan “kehidupan” wisata minat khusus cave tubing yang dikelola oleh masyarakat setempat hingga akhirnya objek wisata ini mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup potensial.
Goa Pindul sendiri dikenal sebagai objek wisata minat khusus cave tubing, yaitu perpaduan antara body rafting dan caving. Di objek wisata ini pengunjung akan diajak untuk menyusuri sungai bawah tanah kurang lebih sepanjang 300 meter dengan waktu tempuh kurang lebih 45 menit. Peralatan yang dibutuhkan seperti ban dalam (tube) sebagai pelampung, life vest, serta sepatu telah disediakan oleh pengelola. Selain itu kehadiran pemandu yang cukup berpengalaman menyusuri goa Pindul dan kondisi aliran air yang tenang membuat wisata minat khusus ini sebenarnya cukup aman dinikmati oleh siapapun dengan catatan pengunjung patuh terhadap aturan yang telah ditetapkan.
Lewat akun jejaring sosial saya, ternyata terpantau bahwa informasi tentang kejadian di Pindul ini tidak tersampaikan secara utuh. Saya sendiri menemukan bahwa ada sebagian pihak yang menganggap bahwa kedua korban meninggal saat melakukan cave tubing. Kondisi nyatanya, kedua korban bukanlah pengunjung objek wisata cave tubing goa Pindul. Mereka berdua datang bersama keempat rekannya ke komplek wisata goa Pindul dengan tujuan untuk “jeguran” atau bermain air tanpa izin dari pengelola serta tanpa peralatan keselamatan. Sebelum kedua korban bermain air, mereka sudah diperingatkan oleh petugas jaga yang sedang melintas untuk tidak bermain air di wilayah tersebut.
Beberapa warga dan pengelola yang sempat berdiskusi singkat di lokasi mulai bertanya-tanya tentang langkah selanjutnya untuk mengamankan lokasi bendungan Banyumoto yang memang sering digunakan untuk bermain air. Di satu sisi, mereka memiliki keinginan untuk menegakkan peraturan bahwa siapapun dilarang bermain di lokasi tersebut tanpa menggunakan peralatan keselamatan minimal rompi pelampung / life vest (yang tersedia bagi pengunjung cave tubing goa Pindul) dengan tujuan menjaga keselamatan serta nama baik wisata minat khusus cave tubing goa Pindul. Di sisi lain, hal tersebut juga mengundang ketakutan pengelola dan warga sekitar akan asumsi masyarakat tentang upaya “monopoli” yang dilakukan oleh pengelola karena faktanya mereka bukanlah pemegang hak milik (privat) goa Pindul.
Saya sendiri salut pada media-media serta rekan-rekan yang menyebarkan informasi lengkap tentang kejadian ini melalui media apapun. Setidaknya hal tersebut mampu meringankan beban bagi pengelola objek wisata minat khusus cave tubing goa Pindul juga pemerintah kabupaten Gunungkidul secara umum untuk mempertahankan daya tarik wisata minat khusus yang akhir-akhir popularitasnya sedang naik.
Untuk kedua korban yang meninggal hari ini, saya ucapkan selamat jalan. Semoga damai di sisi Tuhan Yang Maha Esa, diampuni semua dosanya, serta diterima amal ibadahnya. Amien.
Jangan takut ke goa Pindul!
saya pernah ke goa pindul dan ikut cave tubing di sana. over all, goa pindul sangat nyaman dan aman untuk dikunjungi. saya bilang aman karena saya sendiri nggak punya kemampuan survival yang superb khususnya di kegiatan-kegiatan out door begini. semoga para korban damai di sisi Tuhan dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. jangan takut ke goa pindul! :)
ReplyDeleteYap...
ReplyDeleteTak perlu takut berwisata cave tubing di goa Pindul.
:)
Minggu depan aku mau cave tubing di sana.. lumayan deg-degan sih begitu tahu kedalamannya sampe 8 meter, kirain dangkal hahahaha..
ReplyDeleteHihihi..
DeleteTak perlu takut cave tubing di sana Dam. Selama patuh terhadap semua aturan dan panduan, Insya Allah keamanan terjamin kok.
Untuk kedalamannya sendiri tak semuanya 8 meter. Itu hanya di bagian tertentu saja, beberapa bagian malah hanya sekitar 40 centimeter.
tidak perlu kawatir karena ada beberapa ketentuan yang merupakan nasib atau takdir manusia, satu diantaranya adalah kematian, kita semua paham bahwa kematian itu bersifat pasti dan tidak dapat diubah sedikitpun waktunya, kapan, bagaimana serta dimana manusia akan mati, hanya Allah saja yang tahu, termasuk kedua ananda survivor yang dipastikan meninggal di gua Pindul,dan kejadian tersebut TIDAK akan menimpa pada SEMUA pengunjung goa Pindul, jadi utk saudara2 sekitar goa Pindul tidak perlu kawatir akan masa depan wisatanya, yang perlu adalah kita tambah kewaspadaan, dan ada yang perlu disempurnakan pada masalah pengamanan pengunjung baik yang resmi maupun yang tidak resmi, sewaktu kanak kanak saya juga sering mbludus ke tempat tempat wisata, jadi saya memahami kedua ananda korban (survivor) tersebut, dan saya tidak menyalahkan pengelola setempat, reaksi anda semua untuk meminta kami relawan rescue datang untuk membantu anda sudah sangat tepat. Salam untuk saudara 2 pengelola dan pengaman setempat dari kami Bahari Rescue Indonesia
ReplyDelete