Saturday, June 18, 2011

Ujian Nasional: Target dan Mental Pelajar

Isu tentang Ujian Nasional adalah salah satu isu yang selalu hangat, khususnya pada kuartal kedua setiap tahunnya. Tahun 2011 ini isu tersebut hangat seperti yang terpantau lewat berbagai tayangan di media televisi, surat kabar, portal berita, hingga linimasa twitter saya. Semakin hangat lagi tahun ini isu UN dibumbui dengan berita bocoran kunci jawaban hingga pencontekan massal. Ujung-ujungnya ada segelintir orang yang mungkin putus asa dan memilih untuk menyalahkan pemerintah dan sistem pendidikan di Indonesia.

Saya sendiri memilih untuk tidak menyalahkan pemerintah atau sistem pendidikan yang berlaku saat ini. Enam tahun menuntut ilmu di Sekolah Dasar, tiga tahun di Sekolah Menengah Pertama, dan tiga tahun di Sekolah Menengah Atas semuanya saya akhiri dengan mengikuti ujian / evaluasi secara nasional, apapun istilahnya (Ebtanas, UNAS, atau sejenisnya). Hasilnya? Terima kasih Tuhan, meskipun tidak berhasil dengan sempurna saya sama sekali tidak bermasalah dengan ujian-ujian seperti itu. Begitu juga dengan banyak teman-teman saya. Intinya, Ujian Nasional bukanlah masalah. Pertanyaan saya adalah mengapa beberapa tahun terakhir ini Ujian Nasional menjadi masalah yang “rutin” menyeruak diantara masalah-masalah lain di negeri ini?


Picik rasanya jika ada orang yang gagal di Ujian Nasional kemudian menyalahkan guru, sekolah, dan akhirnya menyalahkan pemerintah serta sistem pendidikan di negeri ini. Sama halnya dengan pendidikan, berhasil atau tidaknya seorang pelajar dalam Ujian Nasional itu bergantung pada berbagai faktor. Mulai dari teman pergaulan, keluarga, fasilitas yang dimiliki, guru, sekolah, dan banyak faktor lainnya berpengaruh pada tingkat keberhasilan seorang siswa juga target yang ditetapkan oleh siswa itu sendiri.

          “Sanjungan adalah teror” – (Agung Purnomo, 17 tahun)

Saya menyayangkan adanya penghargaan, perayaan, dan sanjungan yang berlebihan pada mereka yang lulus Ujian Nasional. Adanya penghargaan, perayaan, dan sanjungan yang berlebihan pada mereka yang lulus Ujian Nasional seolah-olah membuat lulus Ujian Nasional adalah suatu prestasi yang luar biasa, bukan sebuah standar minimal yang wajib dicapai oleh seluruh pelajar Indonesia. Hal tersebut akhirnya memiliki kontribusi yang cukup signifikan bagi pelajar dalam menentukan target belajarnya.


Jika target seorang pelajar adalah lulus Ujian Nasional, saya yakin bahwa itu adalah target yang sangat rendah. Belajar dan sekolah itu untuk mencari ilmu yang (semoga) bisa berguna dan diingat hingga akhir hayat. Dulu saya SMA masuk dalam jurusan IPA / IIA, namun ketika kuliah saya justru menggeluti bidang sosial. Apakah ada penyesalan dalam diri saya? Jika Tuhan mengizinkan, tidak ada rasa penyesalan sama sekali. Ilmu geometri atau matematika misalnya, meskipun sama sekali tidak saya sentuh lagi dalam dunia akademis di universitas tapi sangat saya rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana dengan anda sekalian? Adakah penyesalah telah belajar suatu ilmu?

Mental-mental pelajar yang menjadikan lulus Ujian Nasional sebagai target utama proses belajar di sekolah adalah salah satu masalah yang harus diselesaikan. Target serendah itu tidak akan membangun dan meningkatkan mutu pendidikan. Bukankah sejak kecil kita selalu mendapat ajaran bahwa kita harus menggantungkan cita-cita setinggi mungkin? Mengapa saat sudah beranjak dewasa, ketika masuk dalam suatu tahap akhir di sebuah tingkat pendidikan kita justru memasang target yang paling minimal, yaitu lulus Ujian Nasional?

Penting untuk dibenahi adalah mental dan target yang ditetapkan oleh setiap pelajar khususnya terhadap Ujian Nasional. Sudah saatnya menanamkan pemahaman bahwa “lulus Ujian Nasional itu biasa” dalam setiap kepala pelajar Indonesia. Jika semua itu telah terlaksana dan jika Tuhan mengizinkan, Ujian Nasional tidak akan menjadi masalah yang berarti setiap tahunnya.

"Aim for the moon. If you miss, you may hit a star".
W. Clement Stone -



*)  Gambar yang ada dalam tulisan saya kali ini saya dapatkan secara acak di mesin pencari google. Hak cipta  bukan berada di saya namun ada di masing-masing alamat dimana saya mengambil gambar tersebut.

1 comment: