Disela-sela waktu memikirkan skripsi, mengerjakan sebuah event, dan berkumpul dengan keluarga, akhir pekan ini saya lewatkan dengan menonton kembali film berjudul “300”. Mengapa saya bilang menonton kembali? Yap.. alasannya tak lain adalah karena saya telah menonton film ini lebih dari 7 kali sejak film ini pertama dirilis di pasaran Indonesia sejak tanggal 16 Maret 2007 yang lalu.
“300” merupakan film hiperrealis yang disutradarai oleh Zack Snyder dan di produksi oleh Warner Bross Pictures. Film ini mengisahkan tentang kegagahan 300 prajurit Sparta yang dipimpin oleh raja Leonidas dan dibantu segerombolan pasukan yang bermodal nekat meski tanpa skill yang memadai melawan serangan besar kekaisaran Persia yang dipimpin oleh Xerxes dalam pertempuran Thermophylae di Yunani (invasi kekaisaran Persia ke kawasan Eropa Timur) pada tahun 480 SM. Dalam beberapa hari awal pertempuran, ke-300 pasukan Sparta bersama Leonidas seakan tidak menemukan masalah yang berarti ketika menghadapi gempuran demi gempuran pasukan Persia. Hal tersebut bisa terjadi mengingat semua pasukan Sparta merupakan pasukan elit yang terlatih dan telah melalui “seleksi” bahkan sejak mereka terlahir di dunia. Pasukan Sparta tersebut akhirnya baru menerima masalah besar ketika ada seorang pengkhianat yang membocorkan rahasia bahwa ada jalan pintas yang bisa digunakan untuk mengepung pasukan Sparta tersebut. Dalam hal ini entah mengapa saya jadi ingat tentang beberapa literatur yang pernah saya baca dimana dalam literatur tersebut dijelaskan bahwa Sparta merupakan bagian dari Yunani Kuno yang berbentuk sebuah polis (negara kota / meski sering juga disebut sebagai kerajaan) dimana hampir seluruh rakyatnya merupakan prajurit / tentara.
“300” merupakan film hiperrealis yang disutradarai oleh Zack Snyder dan di produksi oleh Warner Bross Pictures. Film ini mengisahkan tentang kegagahan 300 prajurit Sparta yang dipimpin oleh raja Leonidas dan dibantu segerombolan pasukan yang bermodal nekat meski tanpa skill yang memadai melawan serangan besar kekaisaran Persia yang dipimpin oleh Xerxes dalam pertempuran Thermophylae di Yunani (invasi kekaisaran Persia ke kawasan Eropa Timur) pada tahun 480 SM. Dalam beberapa hari awal pertempuran, ke-300 pasukan Sparta bersama Leonidas seakan tidak menemukan masalah yang berarti ketika menghadapi gempuran demi gempuran pasukan Persia. Hal tersebut bisa terjadi mengingat semua pasukan Sparta merupakan pasukan elit yang terlatih dan telah melalui “seleksi” bahkan sejak mereka terlahir di dunia. Pasukan Sparta tersebut akhirnya baru menerima masalah besar ketika ada seorang pengkhianat yang membocorkan rahasia bahwa ada jalan pintas yang bisa digunakan untuk mengepung pasukan Sparta tersebut. Dalam hal ini entah mengapa saya jadi ingat tentang beberapa literatur yang pernah saya baca dimana dalam literatur tersebut dijelaskan bahwa Sparta merupakan bagian dari Yunani Kuno yang berbentuk sebuah polis (negara kota / meski sering juga disebut sebagai kerajaan) dimana hampir seluruh rakyatnya merupakan prajurit / tentara.