Entah kenapa dini hari ini saya menyempatkan diri untuk menyimak sebuah berita olahraga yang ditayangkan di Gl*b*l TV. Dalam segmen berita olahraga nasional, jelas sudah pasti bahwa polemik antara LSI dan LPI merupakan “komoditas” yang memiliki nilai berita sekaligus memiliki nilai jual bagi mereka yang sedikit banyak mengikuti perkembangan politik sepakbola dalam negeri ini.
Saya sangat terganggu dengan sebuah statement yang dilontarkan oleh reporter berita olahraga yang bagi saya sedikit banyak memojokkan posisi LPI dimana LPI sebagai sebuah kompetisi alternatif yang akan dikelola secara profesional dianggap tidak serius untuk memajukan sepak bola nasional. Alasan yang mendasari statement tersebut adalah tidak tersedianya kompetisi tingkat junior dalam pelaksanaan LPI yang konon berkiblat pada English Premier League (Liga Inggris). Sedangkan dalam English Premier League sana, setiap tim memiliki tim junior sebagai sarana pembibitan pemain muda yang juga saling berkompetisi satu sama lain dalam lingkup nasional juga.
Bagi saya, mengadakan sebuah kompetisi sepakbola profesional dengan jangkauan wilayah secara nasional yang dilengkapi dengan kompetisi sepakbola junior dengan jangkauan wilayah yang sama luas mungkin tidak akan menjadi sesuatu yang sulit bagi pengelola LPI. Namun masalahnya adalah apakah semua tim mampu baik secara sumber daya manusia maupun sumber daya dana untuk mengikuti kompetisi yang terdiri dari tingkatan yang berbeda itu? Perlu diigat bahwa secara finansial tim-tim yang bergabung dalam LPI ini mengelola pendanaan mereka secara mandiri, bukan bergantung pada APBD setempat.
Ditengah kontroversi antara LSI dan LPI yang banyak berkutat dengan masalah legalitas LPI, tentu saja belum banyak perusahaan-perusahaan yang rela menggelontorkan dana dalam jumlah besar untuk membiayai tim-tim yang bergabung dalam LPI (terlebih jika kompetisi diadakan dalam berbagai tingkatan). Sehingga sangat masuk akal dan realistis bagi saya ketika LPI saat ini hanya dihelat untuk tingkatan senior. LPI saat ini masih berupa embrio yang baru lahir di dunia dengan kondisi lingkungan yang membuat posisinya lemah dimana kelangsungan hidupnya banyak bergantung pada berbagai hal.
Oleh karena itu rasanya kurang bijaksana ketika ada yang menghakimi LPI sebagai kompetisi alternatif yang dikelola secara profesional namun tidak memperhatikan dan tidak serius memajukan sepak bola nasional Indonesia. Harus diingat juga bahwa kondisi tim-tim yang bergabung dalam English Premier League memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan tim-tim yang tergabung dalam LPI, sehingga adopsi sistem di English Premier League secara mentah-mentah jelas akan mempersulit tim-tim yang bergabung di LPI.
No comments:
Post a Comment